Minggu, 02 Februari 2014

Gadis Biru Toska

Diposting oleh hanunawati di 06.24 0 komentar

CINTA ITU BUKAN TENTANG SIAPA YANG MEMBERI
JUGA BUKAN SIAPA YANG AKAN MENERIMA
Cinta itu sederhana, yang penting
AKU SAYANG KAMU

GADIS BIRU TOSKA
            Hari ini hari pertama kalinya pergi ke Sekolah, sebagai murid baru yang belum tau tata letak ruangan-ruangan rasanya seperti murid baru mendaftar sekolah lagi, sudah beberapa kali aku coba  berkeliling untuk mencari ruang kelas 2A IPA hasilya nihil, akhirnya aku mendapatkan ide untuk bertanya agar lebih cepat ,akurat, terpercaya,hehehe.... Setelah mencoba melihat kekanan ada perempuan, kekiri ada gadis, depan ada cewe, belakang ada girl, keatas ada langit dan burung, kebawah hanya tanah tidak ada satupun murid laki-laki yang terlihat . Setelah berpikir panjang ku putuskan untuk bertanya pada seorang gadis, dengan terpaksa ku coba melangkah.
“Selamat pagi”.
“Selamat pagi juga”.
“Maaf bolehkah Saya meminta bantuan Anda ?”.
“Boleh, ada apa ?”.
“Saya murid baru yang baru pindah dari Kota Amuntai[1] jadi saya tidak tau dimana kelas 2A IPA, kalau tidak keberatan bisa bantu saya”.
“Bisa, mari ku antar”.
            Kira-kira kurang dari 5 menit sang Gadis berhenti didepan sebuah pintu, betapa terkejutnya aku bahwa tempat yang kucari-cari berkeliling  selama ini kaya tukang jaga pos kamling ternyata tempat start dan finish selama proses pencarian, Plak, plak, plak...ku pukul jidatku beberapa kali, dengan begini mungkin bisa membuat aku sadar karena hampir pingsan heheeehee....
“ Hei....jadi ruang kelas 2A IPA disini ”.
“ Iya, ayo kita masuk , Oh iya,...katanya kamu murid baru, dari sekolah mana ? kenapa pindah ? siapa nama kamu ”. Sambil duduk dikursi dan meletakkan tas.
Ini cewe atau Polisi yang sedang bertanya kepada penjahat, pertanyaannya kaya kereta api guman ku dalam hati, “ Iya saya murid baru dari  Kota Amuntai, saya disuruh pindah menemani Kakek dan Nenek, nama Saya Fatih Firman Siddiq panggil saja Fatih, nama kamu siapa ? ”.
“ Panggil saya Syifa, kamu duduk disampingku saja, kebetulan bangkunya kosong ”.
“ Iya, Terima Kasih ”.
“ Kamu harus pelajari ini, cos hari ini kita belajar Matematika dengan Bapak 412 (Purwanto), Beliau Guru killer, kalau tidak bisa menyelesaikan soal bisa berdiri sampai waktu pembelajaran habis ”.
“ Oh....Iya “. Sambil belajar aku membayangkan seperti apa Bapak 412 yang Syifa ceritakan, apakah membawa samurai, pistol atau  semacam benda tajam sampai-sampai dianggap Guru Killer.
            Suasana ruang kelas semakin ramai, dihiasi tingkah laku masing-masing, ada yang sibuk mendengarkan musik, tidur-tiduran dan para gadis-gadis sibuk dengan gosip,ada yang pakai bedak, eye liner, lipstik, pokoknya dandandandan bukan lagi dandan, ketika aku melihat kesamping kiri ada pemandangan yang berbeda, dimana ada seorang gadis tomboy bernama Syifa, bermata besar dan pipi tembem tanpa polesan make up apapun, cantik alami sedang serius membaca buku, rasanya ada hembusan angin sejuk yang berhembus, akupun teringat dengan pacarku yang sudah hampir setahun menghiasi hatiku, sejak aku mengatakan ingin pindah sekolah sampai saat ini Feny belum membalas pesan ataupun mengangkat telpon dariku, rindu dan cemas menjadi-jadi dalam hati, bagaimanakah rasa ini ku artikan ? harus sampai kapan aku terus begini ?.
“ Assalamu’alaikum ”. Tiba-tiba ada sebuah suara yang membuyarkan lamunanku.
“ Wa’alaikum Salam “. Jawab semua murid kompak, suasana kelas menjadi hening seketika sampai cicak yang didinding berhenti marayap (sampai begitu besar efeknya hehehehee...). “ Anak-anak kata Bapak Kepala Sekolah hari ini kita kedatangan murid baru dari Amuntai, mana orangnya ? “.
“ Saya “.
“ Ok, kamu silahkan kedepan perkenalkan siapa nama kamu, asal sekolah, kenapa pindah ke Paringin[2], Alamat tempat tinggal “.
“ Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh “.
“Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh “.
“ Nama saya Fatih Firman Siddiq bisa dipanggil Fatih, asal sekolah SMAN (...) Amuntai, saya pindah kesini disuruh menemani Kakek dan Nenek, disini saya tinggal di Komplek Perumahan, sekian terima kasih, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh “.
“ Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh “.
            Ketika pembelajaran berlangsung aku merasa ada sepasang mata yang mengawasi, aku merasa merinding dan bulu kuduk mulai berdiri, perlahan-lahan ku putar pandangan kesekeliling ruangan, jeng...jeng...jeng...langsung dikagetkan sepasang mata yang menatapku dengan centil, iihh..amit..cabang bayi...kami pun lama saling perpandangan, “ Syifa, cewe yang duduk dibarisan kedua sebelah kanan tepi dinding siapa ? “. Sambil menyenggol beberapa kali.
“ Namanya Putri, naksir ya ? “.
“ Iihh..ogah, dari tadi pandangin aku terus,  jadi grogi nih “.
“ Ssttttt...jangan diladenin “.
            Seketika langsung hilang ingatan tentang Putri, ku tepuk pipi beberapa kali agar fokus pada pelajaran, rasa bosan dan penguapan (menguap) terjadi dimana-mana karena Bapak 412 mengajar terlalu dipaksakan dan selain itu juga pemarah. Bruk.....sebuah menghapus mendarat tepat dikepala salah satu Siswa, “ Gani, jangan tidur, kalau membantah silahkan keluar kelas “, dengan wajah devil. Guru seharusnya tidak seperti itu, Guru yang baik adalah seorang Guru yang mengerti keadaan murid-muridnya dan tau kuncinya “ fokus pada bakat murid bukan pada kekurangannya”[3] Beliau mungkin disegani bukan karena disayang tapi ditakuti seperti hantu. Dengan sisa-sisa tenaga ku coba fokus memperhatikan mulut Bapak menjelaskan komat-kamit seperti dukun membaca mantra, sebenarnya bukan mulutnya tapi kumisnya yang ku perhatikan karena lucu seperti jungkat-jungkit anak TK, tak seberapa lama bel berbunyi satu kali tanda ganti pelajaran, senyuman demi senyuman menghiasi bibir murid-murid, “ Ok, sampai disini pertemuan kita sampai jumpa minggu depan, Assalamu’alaikum “. “Wa’alaikum Salam”, sahut murid-murid . “ Fatih ....“, terdengar suara  seperti mengoda  memanggil namaku, ketika sibuk mencari sumber suara  tiba-tiba sesorang nemepuk pundakku, “ Hai fatih, salam kenal namaku Putri “, mengedipkan mata dan mengulurkan tangan, “ Iya, Fatih,senang berkenalan denganmu “, kayanya cewek yang satu ini Play Girl, terlalu centil, sok cantik ,banyak gaya, full make up seperti Ibu lima anak. Masih SMA seharusnya nga usah dandan full make up, cuma pakai celak mata supaya mendapat pahal sunat itu sudah lebih dari cukup. Kata Ayah kalau cari pacar jangan yang suka dandan biar kelihatan aslinya, akupun setuju dengan perkataan Ayah, seperti orang bilang “ tongkat kayu kalau di dandanin juga cantik” tapi cantik alami lebih baik. Mantapppp.......
            Akhirnya sekolah hari ini berakhir, senang bisa kembali pulang tanpa ada nenek sihir Putri hihihhihihi,,,,serem..., ternyata anak-anak sekolah di Paringin banyak yang berjalan kaki mulai dari SD sampai SMA biarpun jarak yang ditempuh agak jauh tidak terasa kalau sambil berbicara, ngegosip, apalagi pacaran. Berbeda dengan di Amuntai yang anak-anak sekolahnya banyak menggunakan sepeda biarpun jarak yang ditempuh dekat, jalan sering macet karena bersepeda atau pakai motor gandengan, Mentang-mentang melihat truk gandengan jadi jealous. Akupun terus berjalan disamping Syifa karena tujuan kami sama, tak ada suara, tak ada senyuman, tak ada keluhan dari Syifa, ku liat wajahnya diam-diam, kalau diperhatikan dia cantik dan entah darimana selalu ada hembusan angin sejuk yang ku rasakan, jadi ingat Feny sedang apa dia sekarang ?, apakah masih sama rasa ku dan rasa nya ? adakah rindu didalam hatinya seperti aku merindukannya ? . Beginilah rasanya cinta, kalau masih cinta mau berkata apa lagi. ” Dadah, selamat jalan”  suara Syifa mengagetkanku, sontak akupun terkejut dan gagap “I...I...I....Iya, Dadah, Assalamu’alaikum “.
“ Wa’alaikum Salam “, sambil tersenyum manis.
***
Dalam lamunan selalu wajah Feny yang terlihat walau jauh dipelupuk mata, mantra apa yang sudah dibacakan Feny sampai aku tidak bisa mengendalikan diriku, sudah hampir dua bulan tak ada komunikasi atau kabar apapun dari Feny dan teman-teman pun tak ada satupun yang tahu kabar Feny sekarang. Biasanya pada hari minggu khusus ku habiskan waktu bersama Feny sekaligus nongkrong bersama anggota  geng motor lainnya, sekarang aku hanya bisa diam mengurung diri dirumah berteman dengan kesunyian, kesepian, kesendirian, kegelihasan, tiba-tiba terdengar suara Kakek yang berusaha berteriak walau sebenarnya suaranya sudah full.
“ Fatih, jangan duduk disitu saja, cepat antarkan Nenekmu kepasar “
“ Iya, tunggu sebentar “, dengan cepat aku langsung melompat turun dari pohon rambutan. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di Pasar Paringin, dengan cekatan Nenek menawar dan membeli keperluan memasak, seperti anak SD aku terus memegang lengan baju Nenek karena takut kesasar, tak disangka aku melihat Syifa sedang tampak serius dan sangat hati-hati memilih ikan tanpa kerudung, ada suatu pemandangan yang membuat diriku hampir menabrak becak yang sedang parkir, akupun terus senyum-senyum sepanjang jalan mengingat Syifa dengan rambut panjang tergerai indah tanpa ikat rambut  sampai-sampai tak sadar sudah sampai ditempat parkir. “Fatih, jangan melamun terus, cepat kita pulang”, suara Nenek suntak mengagetkan, hilang ingatanku tentang Syifa dan lagi-lagi aku kembali ingat Feny, saat menyetir dalam perjalan hatiku terus bertanya Feny dimana kamu sekarang ? Feny apakah kau mendengar hatiku yang kini memanggil hatimu sekarang ? Feny, Feny, Feny.....sudah hampir dua bulan tidak saling memberi kabar. Sesampainya di Rumah Nenek terus menggodaku agar bercerita tentang lamunanku ketika di Pasar, tak habis akal  Nenek semakin memaksa 1001 cara aku pun semakin berkilah 1002 cara yaitu menggunakan jurus kaki seribu dan palang dewa ( berlari kekamar dan menutup pintu ) mungkin inilah cara terakhir yang paling mujarab, kamar selalu menjadi tempat uzlah yang aman dengan fasilitas lengkap ala hotel dengan kamar mandi plus toilet, serta kultas mini dan Tivi kecil yang ku beli sendiri dengan tabungan ditambah gajih mengajar les matematika dan Bahasa Inggris anak-anak SD sampai SMP, hari ini mereka pasti datang ke Rumah, biasanya aku yang harus datang ke Rumah mereka karena terlalu banyak murid ku putuskan menyulap kamar tamu menjadi ruang mengajar  3B (belajar, bermain, bernyanyi) , saat mengajar aku lebih suka dipanggil Kakak dari pada Bapak karena mengingat umurku yang masih muda bahkan ada yang sering iseng memanggilku Kakak Guru, sebenarnya bukan cuma les Matematika dan Bahasa Inggris saja, tanpa mereka sadari aku juga mengajarkan bermain gitar pada meraka tapi hanya ku buat sebagai hiburan dan terkadang juga ada permainan khusus untuk memotivasi mereka.
Satu persatu anak-anak yang ingin les berdatangan yang membuat kamar seperti tempat penetipan anak karena hari ini khusus anak-anak SD.
“ Kakak Guru kenapa melamun”, terdengar suara kecil Aisyah sambil berusaha mengoyangkan tubuhku.
“ I...i.......i...tidak Kakak cuma berpikir sebentar”.
“ Kakak memikirkan apa ?”
“ Emmm....Cuma lagu apa yang kita nyanyikan nanti sebelum pulang”
            Tiba saat pulang aku selalu mengajarkan mereka tenang dan tertib, kali ini Aisyah yang tidak bisa dijemput dengan terpaksa harus ku antar juga, Aisyah sudah ku anggap adikku sendiri bahkan pernah meminta izin orang tua Aisyah dan Raihan untuk menemaniku pergi ke Amuntai mengunjungi Ayah, Ibu tiri baik hati serta 2 Adik kecilku Amir dan Amirah yang kembar pengantin. Ketika pulang ke Rumah Amuntai aku terus teringat Almarhumah Ibu yang meninggal karena berjuang melahirkan, Aku selalu ingat perkataan Ibu sebelum melahirkan “Fatih, kalau Ibu meninggal jaga Adikmu baik” saat itu umurku 9 tahun, “ Fatih janji, kalau bisa jangan ada yang meninggal karena aku takut kalau tidak ada Ibu “. Sayangnya mereka berdua tidak terselamatkan, itulah sebabnya aku menyanyangi Ibu, Amir dan Amirah.
***
            Pulang sekolah hari ini aku ingin mengajak Syifa, Elis, Joko dan Andi menginap ke Amuntai berhubung besok hari minggu, sekaligus di Rumah mengadakan acara ulang tahun Amir dan Amirah yang ke 3 tahun.
“ Kita pergi usai pulang sekolah kira-kira jam 3 aku akan menjemput kalian di dengan gang”.
“ Ok “, dengan serempak Syifa, Elis, Joko, dan Andi menyetujui “.
            Sesuai dengan janji tadi pagi aku menjemput mereka, dalam perjalanan Joko terus memainkan gitar, kami pun larut dalam suasana nyanyian, tak mau kalah dengan anak muda Kakek dan Nenek pun juga unjuk kebolehan, Nenek memainkan gitar dan  Kakek menyetir sambil bernyanyi, Kakek pun memulai bercerita bahwa Nenek dulunya adalah gitaris Band terfavorit di Sekolah sedangkan Kakek adalah pemain sekaligus vokalis habsi. Nenek mengatakan lagi bahwa Kakek dulu adalah murid yang di sukai para Guru dan incara para gadis, selain pintar, ganteng, Kakek mu juga jago bela diri, di tambah pernah menjabat sebagi ketua OSIS yang paling sering mengadakan acara terheboh sampai guru-guru harus ikut bernyanyi, menari bahkan menjadi model, dalam  acara-acara itulah Nenek dan Kakek sering bertemu, Nenek mulai menaruh hati tapi Kakek mu adalah seorang anak Rohis istilah lain primus (pria mushola), setelah lulus sekolah kami pun terpisah dan menjalani jalan masing-masing, pas setelah lulus kuliah kami mengadakan reuni, pada saat itulah kami saling menyapa dan mulai menceritakan banyak hal yang sudah dilalui mulai kehidupan pribadi sampai pekerjaan dan Kakek bercerita dia akan melamar seorang gadis Amuntai, betapa hancur hati Nenek padahal Nenek sudah mulai memberanikan diri mengatakan cinta, dengan mata berkaca-kaca Nenek pulang kerumah, berlari ke kamar menangis sampai tertidur. Pada sore sabtu yang cerah rombongan orang datang ke rumah, kata Ibu Nenek mereka akan melamar Nenek untuk seorang pemuda yang sudah ditunangkan dengan Nenek ketika SMA dulu, Nenek pun hanya setuju karena takut pada Ayah Nenek yang berjiwa keras, alangkah bahagia hati Nenek ketika tau bahwa yang melamar adalah tunangan Nenek “Ahmad Lutfi Rahman” Kakekmu, langsung pada sore itu juga di adakan acara pernikahan dan esok harinya walimah kecil-kecilan.
Tidak terasa kami pun sampai di Kota Amuntai , baru saja turun dari mobil kedua pahaku sudah dipeluk dua anak kecil, Ayah, Ibu dan keluarga yang lain sudah berjejer rapi menyambut kedatangan kami, setelah acara bersalam-salaman suasana menjadi sepi karena semua orang sibuk mempersiapkan dekorasi acara besok pagi. Pada sore hari kami memutuskan berkeliling kota sekalian berfoto ria ke tempat-tempat nongkrong anak-anak muda, ketika Syifa ingin naik mobil dia melepaskan ikat rambutnya yang kini terurai indah dan selalu saja ada hembusan angin sejuk yang kurasakan, ketika menatap mata besarnya ada suatu perasaan lain dari yang lain, ku tepuk pipiku beberapa kali agar tidak terlalu larut dalam suasana. Mobil ku jalankan pelan-pelan menyisir perkotaan, taman-taman, mesjid raya yang megah, maskot patung itik yang menjadi primadona tempat pacaran, untuk mengobati rasa haus kami singgah disebuah kafe, sedang asyik berbincang-bincang walau hanya melihat foto saja Joko mengenali Feny lewat didepan kafe bersama seorang pemuda dan berpelukan sangat mesra mengendarai motor, “Fatih, itu Feny atau bukan ?”, ketika melihat langsung pada saat itu hatiku menjadi-jadi dan tidak terkontrol tapi tetap ku jaga amarah walaupun mimik wajah dan bahasa tubuhku tidak bisa disembunyikan lagi, dari kafe sampai pulang kerumah Syifa, Elis, Joko dan Andi tetap diam seolah paham dengan keadaanku, sesudah sholat magrib aku pergi kerumah Feny mencari tau semuanya tentang kejadian tadi sore, lama berbicara panjang lebar akupun tau apa yang tejadi selama ini, untung tak dapat diraih malang tidak dapat dihindari ternyata aku adalah selingkuhan Feny karena dia jarang bertemu dengan tunangannya yang sedang meluluskan kuliah, aku sadar diriku ini hanyalah seorang lelaki yang baru mengenal cinta dan baru pacaran pertama kali, sakitnya hati tak dapat dipungkiri, inikah cinta ?. setelah sampai kerumah tanpa mengucapkan salam aku lansung masuk dan membanting pintu kamar mengurung diri.
“ Fatih, jangan mengurung diri dikamar,kasian teman-temanmu, boleh Ibu masuk”, Ibu masuk setelah ku bukakan pintu, dengan air mata berlinang aku memeluk lalu berbaring dipangkuan Ibu sambil menceritakan apa yang terjadi, walaupun Ibu tiri dia adalah sesosok wanita penuh kelembutan dan penuh kasih sayang.
“ Kenapa menangis ?, cowo itu jangan cemen, masih banyak wanita yang lain ”.
“ Maafkan Fatih, sekalian buat cuci mata ”.
“ Ditanya malah berkilah, menangis sampai baju Ibu basah begini kenapa ? ”.
“ Hanya tak sanggup menahan kesedihan karena ini pertama kalinya aku pacaran dan mengalami hal seperti ini “.
 Pacaran itu ada resikonya, Ibu ingin tau kenapa memilih Feny “.
“ Aku hanya menilai dari segi fisik, kecantikan, body aduhai, kulit putih “.
“ Mencari pacar itu wajar tapi akan lebih baik mencari ketika sudah siap untuk kedepan sampai jenjang pernikahan, kata orang hanya satu kriteria, Cuma sholehah, untuk saat ini kamu harus fokus belajar, urusan cinta itu mengusul “.
            Setelah ku pikir-pikir benar apa kata Ibu, sekarang aku harus fokus belajar, cinta itu datang bersama kesuksesan, aku pun tertidur dipangkuan Ibu. Saking nyamanya tidur-tiduran aku hampir lupa pagi ini acara Ulang Tahun Amir dan Amirah, dengan mata bengkak ku tahan rasa malu pada Syifa, Elis, Joko dan Andi yang senyum-senyum melihat keadaanku. Setelah acara selesai semua sibuk hilir-mudik membersihkan ruangan, tak sengaja aku dan Syifa saling bertabrakan, posisiku memengang tubuh Syifa yang ingin terjatuh  dan saling berpandangan, tepat saat itu juga Kakek sedang ingin mengambil foto dengan cekatan mengabadikan dengan kamera handphone, semua orang bersorak beramai-ramai, kami berdua akhirnya sama-sama tertunduk menahan malu.
Hari yang tak ingin terjadi akhirnya terjadi, selama 2 tahun kulalui hari-hari sekolah bersama Syifa, Elis, Joko dan Andi serta semua teman sekolah yang penuh warna, hari ini hari adalah acara pengukuhan sekaligus perpisahan, semua larut dalam kemeriahan acara, sebagai penutup aku menyanyi lagu Falling In Love dari Band J’Rocks lalu setelah aku menyanyi aku akan memanggil Syifa naik keatas panggung.
“ Terima kasih, hari ini saya ingin seorang rekan kita yang diikenal si gadis biru toska naik keatas panggung, sebagai seorang Raja rasanya tak lengkap tanpa kehadiran Ratu “.
Tepuk tangan meriah dan sorakan pun tak dapat dihindarkan, teman-teman dan guru-guru pun ikut bersorak memanggil “ Syifa, Syifa, Syifa”. Setelah lama menunggu, tak ada tanda-tanda keadaan Syifa, bagai ditelan bumi tanpa berpamitan dengan teman, guru, staf sekolah dan begitu juga dengan ku, sudah ku rangkai kata dan adegan untuk menembak Syifa didepan anak-anak agar mereka tau Raja manja dan Ratu tomboy akan terus bersama selamanya. Inilah akhir cerita SMA, aku kembali kehilangan cinta.
***
Masih terasa hawa dingin bekas hujan semalam, rasanya diri ini malas turun dari ranjang dan membuka selimut rasanya berat. “Astagfirullah”, segara bangkit berlari kebawah menuju kamar mandi, tak memerlukan banyak waktu aku berpakaian menepati janji lari pagi dengan kedua adikku. Setelah berkeliling ditepi taman Putri Junjung Buih, Amin mengajak ke Patung Maskot Itik, kusandarkan diriku dikaki patung itik menghadap sungai, masih terasa segar diingatanku masa SMA penuh kenangan, beberapa menit kemudian aku pun larut dalam lamunan memikirkan Ratu tomboy yang keberadaannya tak diketahui sampai aku saat ini, selama beberapa tahun hati ini terasa hampa meski sudah mencoba tambatkan hatiku pada wanita seperti Agnes gadis Amuntai, Devy gadis Kandangan, dan yang terakhir Dewi gadis Banjarmasin keturunan Ibu Cina dan Ayah Arab yang dikenalkan Ibu kost meski sebelumnya aku menolak, ada satu rasa aneh yang mengganjal dibenakku, entah apa perasaan itu ? selalu ingat pesan Ustadz khairul dosen mentoring Agma Islam ketika masih kuliah “Jodoh Allah yang memilih, buat apa pacaran kalau hanya untuk kesenangan, cinta itu akan datang ketika sudah sampai waktunya, bersabarlah”,  antara sadar dan tidak Amir dan Amirah mengguncangkan tubuhku beberapa kali sampai aku merespon tindakan mereka, “Sampai mana kita tadi ?”, sambil mengaruk kepala yang memang tidak terasa gatal.
“Sudah sampai Jakarta”, Amirah dengan nada jengkel menjawab pertanyaanku sedangkan Amir hanya tertawa terpingkal-pingkal melihatku. Ku lirik jam tanganku sudah menunjukkan  jam 08.15 dan sang surya pun mulai meninggi sehingga menciptakan sedikit bayang-bayang, bergegas aku bangkit dari pertapaan  mengajak Amir dan Amirah pulang, dalam perjalanan sekilas mataku melirik gadis mengenakan kerudung biru toska yang tak tahu kenapa aku mengenalnya tapi entah dimana aku pernah melihat sosok itu, tanpa ku sadari gadis itu juga melihatku sehingga mata kami saling  bertemu, tak pernah ku rasakan lagi perasaan damai seolah-olah ada hembusan angin sejuk yang membelai lembut ragaku, mata itu istimewa. Aku pun mulai sadar utnuk menundukkan pandanganku, lalu sambil mengangguk pelan memberi isyarat akan kepergianku dan gadis itu hanya tersenyum seakan-akan mengijinkannya, pertemuan yang sangat singkat. Baru kali ini aku merasa menemukan lagi semangat gelora cinta dalam diriku dan berharap akan selalu bertemu dengan gadis dari negeri entah berantah itu, sesampainya dirumah aku terus mendendangkan lagu Ari Lasso “Penjaga Hati”, seakan-akan lagu itu mengambarkan apa yang terjadi pada diriku sekarang ini.
            Embun pagi mulai membasahi helai demi halaian daun, ketika mereka saling bertemu akan membentuk lingkaran air yang besar lalu mengalir jatuh membasahi permukaan tanah, hawa pagi yang dingin mulai berhembus disela-sela pentilasi jendala kamar yang membuatku semakin menaikan selimut membentuk tubuh berpose angka lima, ku lirik jam dinding menunjukkan waktunya sholat subuh, sejak mulai SMP sudah ku biasakan diriku bangun pagi mengerjakan sholat subuh berjama’ah di langgar sekitar rumah sehingga Ustadz Nizam dan para jama’ah lain mengenal namaku walaupun pernah menghilang tinggal di Paringin dan Banjarmasin.  Hari Senin ini kembali beraktifitas mengajar seperti biasa, sebagai guru Matematika muda di SMA para murid Perempuan selalu mencoba mencuri perhatianku mulai pura-pura bertanya sampai pura-pura tidak mengerti, dengan sabar aku akan kembali menjelaskan, jadwal mengajar hari ini ada masuk pagi lalu kembali mengajar ekskol sore, untuk menghemat tenaga sekaligus bensin biasanya berada di Mushola sampai Ashar tiba. Sesudah sholat Ashar anak-anak mulai berkumpul belajar karate, saat melatih mataku tertuju pada gadis mengenakan pakaian biru toska yang dari kejauhan melihat kami, ketika melepas baju setelah melatih terdengar teriakan seorang gadis “Aaaakhhh....”, sontak aku terkaget dan menoleh kesumber suara, ternyata seorang gadis berpakaian biru toska tak sengaja melihatku, sambil tertawa berjalan menuju mobil dengan mengenakan kaos daleman aku baru sadar bahwa tadi melepas baju ditempat umum dan gadis itu pikir aku akan telanjang dada. Pada hari Selasa para murid Laki-laki ribut kasak-kusuk mencari informasi guru muda Cantik yang baru diam diasrama Putri yang akan menggantikanku mengajar Bahasa Inggris karena aku bukan lulusan jurusan Bahasa Inggris, dengan rasa penasaranku aku coba pergi ke ruang guru namun hasilnya nihil. Beberapa hari usahaku untuk mengetahui sang guru cantik hasilnya tetap sama, akhirnya ketika acara Hari Ulang Tahun Sekolah aku diminta mengisi acara, aku menolak tidak akan menyanyi sehingga guru yang lain jadi sasaran, karena tidak ada guru yang ingin bernyanyi anak-anak mulai merasa bosan, beberapa menit kemudian terdengar bunyi gitar, rasanya aku mengenal bunyi  gitar ini, ini lagu Caffeine “Hidupku kan damaikan hatimu”, yang sering dinyanyikan Syifa, dengan suara petikan gitar dan suara yang hampir sama akupun berpaling dari posisiku menghadap panggung untuk menyakinkan, benar itu Syifa Ratu tomboy yang kini menjelma jadi Ratu Negeri Satu Malam. Hampir tak percaya dibuatnya, sekarang dengan tampilan anggun di balut kerudung biru toska dia tampak cantik, setelah Syifa turun dari panggung aku dengan jurus kaki seribu berusaha menemuinya,” Hai teman, lama tidak berjumpa”, dengan menahan nafas yang masih ngos-ngosan. “Hai juga, lama tidak bertemu”. Tak ada suara, tak ada senyuman, tak ada keluhan kami hanya duduk bersama Guru-guru beserta staff dan karyawan sekolah, keesokan harinya setelah acara HUT Sekolah kami tidak lagi betemu karena jadwal kami tidak sama, ketika aku istirahat Syifa mengajar begitu pula sebaliknya, ketika ada kesempatan waktu makan siang aku dengan sengaja menunggu Syifa di luar kelas mengajak makan bersama, awalnya dia menolak tapi karena aku terus meminta akhirnya dia menyetujui hanya makan siang di kantin sekolah karena dia ingin ditempat yang ramai, saat makan kami menceritakan kenangan SMA, bertukar informasi tentang teman-teman, Syifa mengatakan Andi dan Elis sudah menikah dan sekarang mempunyai anak kembar pengantin, Joko menikah dengan Putri katanya mereka tidak bisa memberitahu kami soalnya mereka menikah pada tanggal yang sama pas bertepatan hari wisudaku sedangkan Syifa sibuk mengurus Skripsi yang tertunda kerana dia sakit berat, pada saat kami makan murid Perempuan seperti marah pada Syifa dan murid Laki-laki sepertinya juga marah kepadaku...heheheheheehehehee....jealous ni yeeeee......akhirnya kami berdua keasyikan mengobrol ini itu sampai cerita pribadi yang sudah pernah dilalui, Syifa mengatakan sekarang dalam suasana hati yang sedang risau, dia ingin jodohkan dengan seorang pemuda yang belum dia ketahui nama ataupun segala sesuatu tentang si pemuda itu, kata kedua orang tuanya pemuda itu adalah anak dari teman Ayahnya yang sedang mencari calon Istri untuk anak Laki-lakinya yang sampai saat ini belum juga menikah padahal kedua orang tuanya sudah ingin menimang cucu, wow,.... bagai disambar petir disiang bolong, aku terdiam terpaku tanpa ada satu katapun yang keluar dari bibirku seolah-olah terkunci rapat, di akhir cerita Syifa mengatakan akan menikah dalam satu atau dua minggu lagi, sebenarnya aku ingin memberitahu tentang perasaanku ketika masih SMA dan sampai kinipun masih melekat kuat dalam hatiku, dengan hati bercampur bahagia dan luka aku sholat Ashar,sesudah sholat aku berdo’a “ Ya Allah....engkau tau apa yang ada didalam hatiku,.....Ya Rabb,..jika ini adalah yang terbaik untukku, aku Ikhlas..Ya Rabb..seharusnya aku bahagia karena dia akan segara menikah, Ya Rabb...tolong kuatkan aku agar selalu dalam lindungan cinta-Mu, Amin Ya Rabbal’alamin”.
            Pada malam hari setelah sholat Isya semua berkumpul diruang keluarga dan akupun dipanggil untuk membicarakan hal yang serius, Ayah mulai bercerita bahwa dia telah menjodohkanku dengan seorang gadis dan kini hanya minta perestujuan dariku, sebelum mengiyakan aku minta disebutkan nama dan ciri-ciri gadis itu, Ayah mengatakan namanya Assyifatu Haifa, orangnya sholehah, lulusan terbaik dikampus dan sekarang mengajar Bahasa Inggris,dan dia Adalah Anak teman Ayah, mataku terbelalak karena menganali siapa gadis sebenaranya, dengan cepat aku berkata “Saya setuju, bahkan kalau harus menikah pagi ini juga”.  Ayah, Ibu serta kedua Adikku hanya diam kebinggunggan apa yang terjadi pada diriku, keesokan harinya aku meminta Ayah menemaniku mendatangi rumah calon Istriku, Ayah sungguh terkejut bukan kepalang, agar Ayah dan Ibu tidak penasaran aku ceritakan semuanya dari A sampai Z, merekapun paham dan mengerti, aku hanya berdo’a semoga Syifa menerima lamaranku.
            Di sore hari yang indah seindah perasaanku, bersama Ayah dan Ibu aku datang ke rumah orang tua Syifa, pada saat itu Syifa yang membukakan pintu dan dia pun terkegut dengan kedatanganku, segera setelah kedua keluarga berkumpul diruang tamu, pembicaraan pun dimulai dari Ayah sebagai basa-basi diawal, “ Maaf kalau saya lancang, saya kemari bersama Istri menemani anak kami Fatih yang ingin mengutarakan keinginannya kepada Bapak”.
“ Oh....Silahkan saja, bahkan kita sudah menceritakan tentang ini, ayo, silahkan nak Fatih yang berbicara sekarang”, Ayah Syifa mencoba memberi feed back.
Dengan suara yang terbata-bata dan hampir hilang, aku berusaha berbicara “ Saya datang kemari ditemani Ayah dan Ibu ingin mengutarakan niat hati me....me...me...mela...melam...melamar  anak Bapak”.
“ Wah, saya tidak bisa mengambil keputusan tanpa ijin dari orangnya langsung”, segara Ayah Syifa menyuruh Ibunya memanggil Syifa keluar dari kamar. “ Nak, ini adalah Fatih anak teman Ayah yang diceritakan padamu dan sekarang datang langsung untuk melamarmu”.
“ Maaf , saya tidak mengerti sebelum orangnya langsung yang mengatakan”, dengan tertunduk malu Syifa menahan tawanya.
Mau ngetes ni anak, setelah menarik nafas panjang beberapa kali aku berusaha agar tidak gugup, “ Saya datang kemari ditemani kedua orang tua saya ingin melamarmu menjadi Istriku, Apakah kamu menerima lamaranku ? “. Yeeeeesssss aku berhasil, lancar gumanku dalam hati.
“Tidak....” Jawaban Syifa sontak mengagetkan semua orang yang ada diruang tamu apalagi diriku yang menunggu jawabnnya, dengan ekspresi wajah tersenyum Syifa berkata lagi “ Tidak...tidak menolak”. Langsung saat itu aku bersujud syukur tanpa mempedulikan semua orang yang ada disampingku, Ayahku dan Ayah Syifa pun saling berpelukan begitupun Ibu tiriku yang aku cintai juga berpelukan dengan Ibu Syifa.
            Setelah berunding bersama-sama untuk hari akad nikah, Syifa memberikan jawaban yang membuatku makin salah tingkah, dia mengatakan ingin akad nikah dilakukan malam ini setelah sholat Isya di Mesjid dekat rumahnya, semua keluargapun menyetujui, tanpa dikomando semua kelurga kami berdua sibuk mempersiapkan mencari penghulu dan makanan yang akan di hidangkan pada para tamu yang menghadiri, sedangkan aku dilarang pergi kemana-mana, untuk mempersiapkan diri aku disuruh masuk kekamar tamu di rumah Syifa, sedangkan Syifa juga disuruh mempersiapkan diri dikamarnya, hampir lupa dengan baju, cincin, serta seperangkat alat sholat. Namun, dengan cekatan Ibu Syifa dan Ibuku membeli sepasang baju couple, cincin serta seperangkat alat sholat.
            Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, setelah sholat Isya para jama’ah mesjid disuruh bertahan untuk menghadiri akad nikah kami, keringat dingin mulai bercucuran dari wajahku dan tangankupun dingin, Penghulu yang terbiasa menjabat tangan calon Laki-laki yang gugup hanya tertawa.
Bim salabim abra kadabbra....pokoknya sah
Malam ini kami seperti Raja Fatih Firman Siddiq (pembuka perkatan yang benar) dan Ratu Assyifatu Haifa (anak perempuan yang bagaikan obat penawar dahaga) yang mengenakan pakaian berwarna biru toska.....dan sudah sah menjadi suami istri.
Inilah akhir cerita cintaku yang sederhana.

By : Hanunawati
           


[1] Kab Hulu Sungai Utara , Provinsi Kalimantan Selatan, Negara Indonesia
[2] Kab Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, Negara Indonesia
[3] Dikutip dari sebuah film “I Not Stupid To”
hanuna-hanuna.blogspot.com
 

HANYA CERITA SEDERHANA Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review