Emosi Rindu
Rindu ini sakit
Gelisahku menggila-gila
Banyak hal yang bisa ku lihat
Tapi tidak dirimu...
Pahit memang rasanya
Seperti inikah gilanya bercinta
Gundah gulana
Rembulan pun seakan tak bercahaya
Emosiku menggila
Tergila-gila rinduku
Dalam desah aku bersuara
Kau yang jauh disana
Apakah kau tahu rasanya sepertiku
Merawat hati rindu yang penuh emosi
Menunggumu dibalik prasangka-prasangka
hanuna-hanuna.blogspot.co.id
Blog List
Senin, 18 Juli 2016
Sabtu, 18 Juni 2016
Puisi Cinta
"Cinta yang dingin"
Ada saat dimana aku suka
Sejak pertama melihat
Hal aneh yang terasa
Cukup tengang tapi sisi lembutnya masih terasa
Kilau mata yang cukup tajam
Kerlingan manja penuh makna
Desah nafas yang berat
Cukup puas senyummu menebar tanya
Masih sama sejak pertama
Bersikap dingin pura-pura pergi
Diam-diam menghilang
Tak peduli.
hanuna-hanuna.blogspot.co.id
Ada saat dimana aku suka
Sejak pertama melihat
Hal aneh yang terasa
Cukup tengang tapi sisi lembutnya masih terasa
Kilau mata yang cukup tajam
Kerlingan manja penuh makna
Desah nafas yang berat
Cukup puas senyummu menebar tanya
Masih sama sejak pertama
Bersikap dingin pura-pura pergi
Diam-diam menghilang
Tak peduli.
hanuna-hanuna.blogspot.co.id
Kamis, 09 Juni 2016
Puisi
Terlalu lelah
Banyak sudah ku lewati waktu tanpamu
Tak pernah terpikir tentang apapun
Semua berlalu begitu saja
Rasa apa yang harus ku ungkapkan
Sedih ataukah bahagia
Aku telah lupa seperti apa senyummu
Terkadang aku merasa lelah
Terlalu lelah
Tak ada caraku tuk sadarkanmu
Harapku hanyalah semua seperti dulu
Aku tak berada didekatmu
Dan kita merasa baik saja
Hanunawati
09.40 malamKamis, 09 juni 2016
Banyak sudah ku lewati waktu tanpamu
Tak pernah terpikir tentang apapun
Semua berlalu begitu saja
Rasa apa yang harus ku ungkapkan
Sedih ataukah bahagia
Aku telah lupa seperti apa senyummu
Terkadang aku merasa lelah
Terlalu lelah
Tak ada caraku tuk sadarkanmu
Harapku hanyalah semua seperti dulu
Aku tak berada didekatmu
Dan kita merasa baik saja
Hanunawati
09.40 malamKamis, 09 juni 2016
Selasa, 31 Mei 2016
nenek super
Antara aku dan nenek superku
Masih kuat dalam ingatanku seorang sosok perempuan yang usianya kurang lebih 50 tahunan, ada kenangan masa kecilku tak pernah kulupakan ketika bersamanya, kalian mungkin tidak pernah mengalami dan percaya. Potong kuku adalah hal yang ku takuti dengan adikku, setiap nenek memanggil ingin memotong kuku kami berdua lari menghindar, bukan karena kami berdua malas memotong kuku tetapi nenek ingin memotong kuku kami dengan alat kesayangannya sebut saja "parang" atau sejenis pisau yang panjangnya kurang lebih 40 cm. Banyak hal yang nenek lakukan menggunakan parang kesayangannya itu, mulai dari memotong rumput, membelah kelapa, membelah bambu sampai memotong kuku dan rambut. Nenekku memang nenek super, dengan umur yang sudah tua dia naik keatas atap memperbaiki atap rumah yang bocor, saat bertani disawah berkelahi sampai mencincang tubuh ular, cepat belajar dengan hal modern, tahu perkembangan pergaulan anak muda. Nenekku seperti peri yang bisa mengubah sisa-sisa kain menjadi baju daster yang indah, apapun yang dia masak selalu enak, buah dan sayur yang nenek tanam selalu tumbuh dengan subur. Banyak hal yang bisa nenek lakukan, sekian tentang nenek superku. Kenanganku tentang nenek
Hj. Ramlah (almh)
Minggu, 02 Februari 2014
Gadis Biru Toska
CINTA ITU BUKAN TENTANG SIAPA YANG MEMBERI
JUGA BUKAN SIAPA YANG AKAN MENERIMA
Cinta itu sederhana, yang penting
AKU SAYANG KAMU
GADIS
BIRU TOSKA
Hari ini hari pertama kalinya pergi ke Sekolah, sebagai murid baru
yang belum tau tata letak ruangan-ruangan rasanya seperti murid baru mendaftar
sekolah lagi, sudah beberapa kali aku coba berkeliling untuk mencari ruang kelas 2A IPA
hasilya nihil, akhirnya aku mendapatkan ide untuk bertanya agar lebih cepat
,akurat, terpercaya,hehehe.... Setelah mencoba melihat kekanan ada perempuan,
kekiri ada gadis, depan ada cewe, belakang ada girl, keatas ada langit dan
burung, kebawah hanya tanah tidak ada satupun murid laki-laki yang terlihat .
Setelah berpikir panjang ku putuskan untuk bertanya pada seorang gadis, dengan
terpaksa ku coba melangkah.
“Selamat
pagi”.
“Selamat
pagi juga”.
“Maaf
bolehkah Saya meminta bantuan Anda ?”.
“Boleh,
ada apa ?”.
“Saya
murid baru yang baru pindah dari Kota Amuntai[1]
jadi saya tidak tau dimana kelas 2A IPA, kalau tidak keberatan bisa bantu
saya”.
“Bisa,
mari ku antar”.
Kira-kira kurang dari 5 menit sang
Gadis berhenti didepan sebuah pintu, betapa terkejutnya aku bahwa tempat yang
kucari-cari berkeliling selama ini kaya
tukang jaga pos kamling ternyata tempat start dan finish selama proses
pencarian, Plak, plak, plak...ku pukul jidatku beberapa kali, dengan begini
mungkin bisa membuat aku sadar karena hampir pingsan heheeehee....
“ Hei....jadi
ruang kelas 2A IPA disini ”.
“ Iya,
ayo kita masuk , Oh iya,...katanya kamu murid baru, dari sekolah mana ? kenapa
pindah ? siapa nama kamu ”. Sambil duduk dikursi dan meletakkan tas.
Ini
cewe atau Polisi yang sedang bertanya kepada penjahat, pertanyaannya kaya
kereta api guman ku dalam hati, “ Iya saya murid baru dari Kota Amuntai, saya disuruh pindah menemani
Kakek dan Nenek, nama Saya Fatih Firman Siddiq panggil saja Fatih, nama kamu
siapa ? ”.
“ Panggil
saya Syifa, kamu duduk disampingku saja, kebetulan bangkunya kosong ”.
“ Iya,
Terima Kasih ”.
“ Kamu
harus pelajari ini, cos hari ini kita belajar Matematika dengan Bapak 412
(Purwanto), Beliau Guru killer, kalau tidak bisa menyelesaikan soal bisa
berdiri sampai waktu pembelajaran habis ”.
“ Oh....Iya
“. Sambil belajar aku membayangkan seperti apa Bapak 412 yang Syifa ceritakan,
apakah membawa samurai, pistol atau
semacam benda tajam sampai-sampai dianggap Guru Killer.
Suasana ruang kelas semakin ramai,
dihiasi tingkah laku masing-masing, ada yang sibuk mendengarkan musik, tidur-tiduran
dan para gadis-gadis sibuk dengan gosip,ada yang pakai bedak, eye liner,
lipstik, pokoknya dandandandan bukan lagi dandan, ketika aku melihat kesamping
kiri ada pemandangan yang berbeda, dimana ada seorang gadis tomboy bernama
Syifa, bermata besar dan pipi tembem tanpa polesan make up apapun, cantik alami
sedang serius membaca buku, rasanya ada hembusan angin sejuk yang berhembus, akupun
teringat dengan pacarku yang sudah hampir setahun menghiasi hatiku, sejak aku
mengatakan ingin pindah sekolah sampai saat ini Feny belum membalas pesan ataupun
mengangkat telpon dariku, rindu dan cemas menjadi-jadi dalam hati, bagaimanakah
rasa ini ku artikan ? harus sampai kapan aku terus begini ?.
“
Assalamu’alaikum ”. Tiba-tiba ada sebuah suara yang membuyarkan lamunanku.
“
Wa’alaikum Salam “. Jawab semua murid kompak, suasana kelas menjadi hening
seketika sampai cicak yang didinding berhenti marayap (sampai begitu besar
efeknya hehehehee...). “ Anak-anak kata Bapak Kepala Sekolah hari ini kita
kedatangan murid baru dari Amuntai, mana orangnya ? “.
“ Saya
“.
“
Ok, kamu silahkan kedepan perkenalkan siapa nama kamu, asal sekolah, kenapa
pindah ke Paringin[2],
Alamat tempat tinggal “.
“ Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh “.
“Wa’alaikum
Salam Warahmatullahi Wabarakatuh “.
“ Nama
saya Fatih Firman Siddiq bisa dipanggil Fatih, asal sekolah SMAN (...) Amuntai,
saya pindah kesini disuruh menemani Kakek dan Nenek, disini saya tinggal di
Komplek Perumahan, sekian terima kasih, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh “.
“
Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh “.
Ketika pembelajaran berlangsung aku
merasa ada sepasang mata yang mengawasi, aku merasa merinding dan bulu kuduk
mulai berdiri, perlahan-lahan ku putar pandangan kesekeliling ruangan,
jeng...jeng...jeng...langsung dikagetkan sepasang mata yang menatapku dengan
centil, iihh..amit..cabang bayi...kami pun lama saling perpandangan, “ Syifa,
cewe yang duduk dibarisan kedua sebelah kanan tepi dinding siapa ? “. Sambil
menyenggol beberapa kali.
“
Namanya Putri, naksir ya ? “.
“
Iihh..ogah, dari tadi pandangin aku terus,
jadi grogi nih “.
“
Ssttttt...jangan diladenin “.
Seketika langsung hilang ingatan
tentang Putri, ku tepuk pipi beberapa kali agar fokus pada pelajaran, rasa
bosan dan penguapan (menguap) terjadi dimana-mana karena Bapak 412 mengajar
terlalu dipaksakan dan selain itu juga pemarah. Bruk.....sebuah menghapus
mendarat tepat dikepala salah satu Siswa, “ Gani, jangan tidur, kalau membantah
silahkan keluar kelas “, dengan wajah devil. Guru seharusnya tidak seperti itu,
Guru yang baik adalah seorang Guru yang mengerti keadaan murid-muridnya dan tau
kuncinya “ fokus pada bakat murid bukan pada kekurangannya”[3]
Beliau mungkin disegani bukan karena disayang tapi ditakuti seperti hantu.
Dengan sisa-sisa tenaga ku coba fokus memperhatikan mulut Bapak menjelaskan
komat-kamit seperti dukun membaca mantra, sebenarnya bukan mulutnya tapi kumisnya
yang ku perhatikan karena lucu seperti jungkat-jungkit anak TK, tak seberapa
lama bel berbunyi satu kali tanda ganti pelajaran, senyuman demi senyuman
menghiasi bibir murid-murid, “ Ok, sampai disini pertemuan kita sampai jumpa
minggu depan, Assalamu’alaikum “. “Wa’alaikum Salam”, sahut murid-murid . “
Fatih ....“, terdengar suara seperti
mengoda memanggil namaku, ketika sibuk
mencari sumber suara tiba-tiba sesorang
nemepuk pundakku, “ Hai fatih, salam kenal namaku Putri “, mengedipkan mata dan
mengulurkan tangan, “ Iya, Fatih,senang berkenalan denganmu “, kayanya cewek
yang satu ini Play Girl, terlalu centil, sok cantik ,banyak gaya, full make up
seperti Ibu lima anak. Masih SMA seharusnya nga usah dandan full make up, cuma
pakai celak mata supaya mendapat pahal sunat itu sudah lebih dari cukup. Kata
Ayah kalau cari pacar jangan yang suka dandan biar kelihatan aslinya, akupun setuju
dengan perkataan Ayah, seperti orang bilang “ tongkat kayu kalau di dandanin
juga cantik” tapi cantik alami lebih baik. Mantapppp.......
Akhirnya sekolah hari ini berakhir,
senang bisa kembali pulang tanpa ada nenek sihir Putri hihihhihihi,,,,serem...,
ternyata anak-anak sekolah di Paringin banyak yang berjalan kaki mulai dari SD
sampai SMA biarpun jarak yang ditempuh agak jauh tidak terasa kalau sambil
berbicara, ngegosip, apalagi pacaran. Berbeda dengan di Amuntai yang anak-anak
sekolahnya banyak menggunakan sepeda biarpun jarak yang ditempuh dekat, jalan
sering macet karena bersepeda atau pakai motor gandengan, Mentang-mentang melihat
truk gandengan jadi jealous. Akupun terus berjalan disamping Syifa karena
tujuan kami sama, tak ada suara, tak ada senyuman, tak ada keluhan dari Syifa,
ku liat wajahnya diam-diam, kalau diperhatikan dia cantik dan entah darimana
selalu ada hembusan angin sejuk yang ku rasakan, jadi ingat Feny sedang apa dia
sekarang ?, apakah masih sama rasa ku dan rasa nya ? adakah rindu didalam
hatinya seperti aku merindukannya ? . Beginilah rasanya cinta, kalau masih
cinta mau berkata apa lagi. ” Dadah, selamat jalan” suara Syifa mengagetkanku, sontak akupun
terkejut dan gagap “I...I...I....Iya, Dadah, Assalamu’alaikum “.
“
Wa’alaikum Salam “, sambil tersenyum manis.
***
Dalam lamunan selalu wajah Feny yang terlihat walau jauh dipelupuk
mata, mantra apa yang sudah dibacakan Feny sampai aku tidak bisa mengendalikan
diriku, sudah hampir dua bulan tak ada komunikasi atau kabar apapun dari Feny
dan teman-teman pun tak ada satupun yang tahu kabar Feny sekarang. Biasanya
pada hari minggu khusus ku habiskan waktu bersama Feny sekaligus nongkrong
bersama anggota geng motor lainnya,
sekarang aku hanya bisa diam mengurung diri dirumah berteman dengan kesunyian,
kesepian, kesendirian, kegelihasan, tiba-tiba terdengar suara Kakek yang
berusaha berteriak walau sebenarnya suaranya sudah full.
“
Fatih, jangan duduk disitu saja, cepat antarkan Nenekmu kepasar “
“
Iya, tunggu sebentar “, dengan cepat aku langsung melompat turun dari pohon
rambutan. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di Pasar Paringin,
dengan cekatan Nenek menawar dan membeli keperluan memasak, seperti anak SD aku
terus memegang lengan baju Nenek karena takut kesasar, tak disangka aku melihat
Syifa sedang tampak serius dan sangat hati-hati memilih ikan tanpa kerudung,
ada suatu pemandangan yang membuat diriku hampir menabrak becak yang sedang
parkir, akupun terus senyum-senyum sepanjang jalan mengingat Syifa dengan
rambut panjang tergerai indah tanpa ikat rambut sampai-sampai tak sadar sudah sampai ditempat
parkir. “Fatih, jangan melamun terus, cepat kita pulang”, suara Nenek suntak
mengagetkan, hilang ingatanku tentang Syifa dan lagi-lagi aku kembali ingat
Feny, saat menyetir dalam perjalan hatiku terus bertanya Feny dimana kamu
sekarang ? Feny apakah kau mendengar hatiku yang kini memanggil hatimu sekarang
? Feny, Feny, Feny.....sudah hampir dua bulan tidak saling memberi kabar. Sesampainya
di Rumah Nenek terus menggodaku agar bercerita tentang lamunanku ketika di
Pasar, tak habis akal Nenek semakin
memaksa 1001 cara aku pun semakin berkilah 1002 cara yaitu menggunakan jurus
kaki seribu dan palang dewa ( berlari kekamar dan menutup pintu ) mungkin
inilah cara terakhir yang paling mujarab, kamar selalu menjadi tempat uzlah
yang aman dengan fasilitas lengkap ala hotel dengan kamar mandi plus toilet,
serta kultas mini dan Tivi kecil yang ku beli sendiri dengan tabungan ditambah gajih
mengajar les matematika dan Bahasa Inggris anak-anak SD sampai SMP, hari ini
mereka pasti datang ke Rumah, biasanya aku yang harus datang ke Rumah mereka
karena terlalu banyak murid ku putuskan menyulap kamar tamu menjadi ruang
mengajar 3B (belajar, bermain,
bernyanyi) , saat mengajar aku lebih suka dipanggil Kakak dari pada Bapak
karena mengingat umurku yang masih muda bahkan ada yang sering iseng
memanggilku Kakak Guru, sebenarnya bukan cuma les Matematika dan Bahasa Inggris
saja, tanpa mereka sadari aku juga mengajarkan bermain gitar pada meraka tapi
hanya ku buat sebagai hiburan dan terkadang juga ada permainan khusus untuk
memotivasi mereka.
Satu persatu anak-anak yang ingin les berdatangan yang membuat
kamar seperti tempat penetipan anak karena hari ini khusus anak-anak SD.
“ Kakak Guru kenapa melamun”,
terdengar suara kecil Aisyah sambil berusaha mengoyangkan tubuhku.
“ I...i.......i...tidak Kakak cuma
berpikir sebentar”.
“ Kakak memikirkan apa ?”
“ Emmm....Cuma lagu apa yang kita
nyanyikan nanti sebelum pulang”
Tiba
saat pulang aku selalu mengajarkan mereka tenang dan tertib, kali ini Aisyah
yang tidak bisa dijemput dengan terpaksa harus ku antar juga, Aisyah sudah ku
anggap adikku sendiri bahkan pernah meminta izin orang tua Aisyah dan Raihan
untuk menemaniku pergi ke Amuntai mengunjungi Ayah, Ibu tiri baik hati serta 2 Adik
kecilku Amir dan Amirah yang kembar pengantin. Ketika pulang ke Rumah Amuntai
aku terus teringat Almarhumah Ibu yang meninggal karena berjuang melahirkan,
Aku selalu ingat perkataan Ibu sebelum melahirkan “Fatih, kalau Ibu meninggal
jaga Adikmu baik” saat itu umurku 9 tahun, “ Fatih janji, kalau bisa jangan ada
yang meninggal karena aku takut kalau tidak ada Ibu “. Sayangnya mereka berdua
tidak terselamatkan, itulah sebabnya aku menyanyangi Ibu, Amir dan Amirah.
***
Pulang
sekolah hari ini aku ingin mengajak Syifa, Elis, Joko dan Andi menginap ke Amuntai
berhubung besok hari minggu, sekaligus di Rumah mengadakan acara ulang tahun
Amir dan Amirah yang ke 3 tahun.
“ Kita pergi usai pulang sekolah
kira-kira jam 3 aku akan menjemput kalian di dengan gang”.
“ Ok “, dengan serempak Syifa, Elis,
Joko, dan Andi menyetujui “.
Sesuai dengan janji tadi pagi aku
menjemput mereka, dalam perjalanan Joko terus memainkan gitar, kami pun larut
dalam suasana nyanyian, tak mau kalah dengan anak muda Kakek dan Nenek pun juga
unjuk kebolehan, Nenek memainkan gitar dan
Kakek menyetir sambil bernyanyi, Kakek pun memulai bercerita bahwa Nenek
dulunya adalah gitaris Band terfavorit di Sekolah sedangkan Kakek adalah pemain
sekaligus vokalis habsi. Nenek mengatakan lagi bahwa Kakek dulu adalah murid
yang di sukai para Guru dan incara para gadis, selain pintar, ganteng, Kakek mu
juga jago bela diri, di tambah pernah menjabat sebagi ketua OSIS yang paling
sering mengadakan acara terheboh sampai guru-guru harus ikut bernyanyi, menari
bahkan menjadi model, dalam acara-acara
itulah Nenek dan Kakek sering bertemu, Nenek mulai menaruh hati tapi Kakek mu
adalah seorang anak Rohis istilah lain primus (pria mushola), setelah lulus
sekolah kami pun terpisah dan menjalani jalan masing-masing, pas setelah lulus
kuliah kami mengadakan reuni, pada saat itulah kami saling menyapa dan mulai
menceritakan banyak hal yang sudah dilalui mulai kehidupan pribadi sampai
pekerjaan dan Kakek bercerita dia akan melamar seorang gadis Amuntai, betapa
hancur hati Nenek padahal Nenek sudah mulai memberanikan diri mengatakan cinta,
dengan mata berkaca-kaca Nenek pulang kerumah, berlari ke kamar menangis sampai
tertidur. Pada sore sabtu yang cerah rombongan orang datang ke rumah, kata Ibu
Nenek mereka akan melamar Nenek untuk seorang pemuda yang sudah ditunangkan
dengan Nenek ketika SMA dulu, Nenek pun hanya setuju karena takut pada Ayah
Nenek yang berjiwa keras, alangkah bahagia hati Nenek ketika tau bahwa yang
melamar adalah tunangan Nenek “Ahmad Lutfi Rahman” Kakekmu, langsung pada sore
itu juga di adakan acara pernikahan dan esok harinya walimah kecil-kecilan.
Tidak terasa kami pun sampai di Kota Amuntai , baru saja turun dari
mobil kedua pahaku sudah dipeluk dua anak kecil, Ayah, Ibu dan keluarga yang
lain sudah berjejer rapi menyambut kedatangan kami, setelah acara
bersalam-salaman suasana menjadi sepi karena semua orang sibuk mempersiapkan
dekorasi acara besok pagi. Pada sore hari kami memutuskan berkeliling kota
sekalian berfoto ria ke tempat-tempat nongkrong anak-anak muda, ketika Syifa ingin
naik mobil dia melepaskan ikat rambutnya yang kini terurai indah dan selalu
saja ada hembusan angin sejuk yang kurasakan, ketika menatap mata besarnya ada
suatu perasaan lain dari yang lain, ku tepuk pipiku beberapa kali agar tidak
terlalu larut dalam suasana. Mobil ku jalankan pelan-pelan menyisir perkotaan,
taman-taman, mesjid raya yang megah, maskot patung itik yang menjadi primadona
tempat pacaran, untuk mengobati rasa haus kami singgah disebuah kafe, sedang
asyik berbincang-bincang walau hanya melihat foto saja Joko mengenali Feny lewat
didepan kafe bersama seorang pemuda dan berpelukan sangat mesra mengendarai
motor, “Fatih, itu Feny atau bukan ?”, ketika melihat langsung pada saat itu
hatiku menjadi-jadi dan tidak terkontrol tapi tetap ku jaga amarah walaupun
mimik wajah dan bahasa tubuhku tidak bisa disembunyikan lagi, dari kafe sampai
pulang kerumah Syifa, Elis, Joko dan Andi tetap diam seolah paham dengan
keadaanku, sesudah sholat magrib aku pergi kerumah Feny mencari tau semuanya
tentang kejadian tadi sore, lama berbicara panjang lebar akupun tau apa yang
tejadi selama ini, untung tak dapat diraih malang tidak dapat dihindari ternyata
aku adalah selingkuhan Feny karena dia jarang bertemu dengan tunangannya yang
sedang meluluskan kuliah, aku sadar diriku ini hanyalah seorang lelaki yang
baru mengenal cinta dan baru pacaran pertama kali, sakitnya hati tak dapat
dipungkiri, inikah cinta ?. setelah sampai kerumah tanpa mengucapkan salam aku
lansung masuk dan membanting pintu kamar mengurung diri.
“
Fatih, jangan mengurung diri dikamar,kasian teman-temanmu, boleh Ibu masuk”,
Ibu masuk setelah ku bukakan pintu, dengan air mata berlinang aku memeluk lalu
berbaring dipangkuan Ibu sambil menceritakan apa yang terjadi, walaupun Ibu
tiri dia adalah sesosok wanita penuh kelembutan dan penuh kasih sayang.
“
Kenapa menangis ?, cowo itu jangan cemen, masih banyak wanita yang lain ”.
“
Maafkan Fatih, sekalian buat cuci mata ”.
“
Ditanya malah berkilah, menangis sampai baju Ibu basah begini kenapa ? ”.
“ Hanya
tak sanggup menahan kesedihan karena ini pertama kalinya aku pacaran dan
mengalami hal seperti ini “.
“ Pacaran itu ada resikonya, Ibu ingin tau
kenapa memilih Feny “.
“
Aku hanya menilai dari segi fisik, kecantikan, body aduhai, kulit putih “.
“
Mencari pacar itu wajar tapi akan lebih baik mencari ketika sudah siap untuk
kedepan sampai jenjang pernikahan, kata orang hanya satu kriteria, Cuma
sholehah, untuk saat ini kamu harus fokus belajar, urusan cinta itu mengusul “.
Setelah ku pikir-pikir benar apa
kata Ibu, sekarang aku harus fokus belajar, cinta itu datang bersama
kesuksesan, aku pun tertidur dipangkuan Ibu. Saking nyamanya tidur-tiduran aku
hampir lupa pagi ini acara Ulang Tahun Amir dan Amirah, dengan mata bengkak ku
tahan rasa malu pada Syifa, Elis, Joko dan Andi yang senyum-senyum melihat
keadaanku. Setelah acara selesai semua sibuk hilir-mudik membersihkan ruangan,
tak sengaja aku dan Syifa saling bertabrakan, posisiku memengang tubuh Syifa
yang ingin terjatuh dan saling berpandangan,
tepat saat itu juga Kakek sedang ingin mengambil foto dengan cekatan
mengabadikan dengan kamera handphone, semua orang bersorak beramai-ramai, kami
berdua akhirnya sama-sama tertunduk menahan malu.
Hari yang tak ingin terjadi akhirnya terjadi, selama 2 tahun
kulalui hari-hari sekolah bersama Syifa, Elis, Joko dan Andi serta semua teman
sekolah yang penuh warna, hari ini hari adalah acara pengukuhan sekaligus
perpisahan, semua larut dalam kemeriahan acara, sebagai penutup aku menyanyi
lagu Falling In Love dari Band J’Rocks lalu setelah aku menyanyi aku akan memanggil
Syifa naik keatas panggung.
“
Terima kasih, hari ini saya ingin seorang rekan kita yang diikenal si gadis
biru toska naik keatas panggung, sebagai seorang Raja rasanya tak lengkap tanpa
kehadiran Ratu “.
Tepuk
tangan meriah dan sorakan pun tak dapat dihindarkan, teman-teman dan guru-guru
pun ikut bersorak memanggil “ Syifa, Syifa, Syifa”. Setelah lama menunggu, tak
ada tanda-tanda keadaan Syifa, bagai ditelan bumi tanpa berpamitan dengan teman,
guru, staf sekolah dan begitu juga dengan ku, sudah ku rangkai kata dan adegan
untuk menembak Syifa didepan anak-anak agar mereka tau Raja manja dan Ratu
tomboy akan terus bersama selamanya. Inilah akhir cerita SMA, aku kembali
kehilangan cinta.
***
Masih terasa hawa dingin bekas hujan semalam, rasanya diri ini
malas turun dari ranjang dan membuka selimut rasanya berat. “Astagfirullah”,
segara bangkit berlari kebawah menuju kamar mandi, tak memerlukan banyak waktu
aku berpakaian menepati janji lari pagi dengan kedua adikku. Setelah
berkeliling ditepi taman Putri Junjung Buih, Amin mengajak ke Patung Maskot
Itik, kusandarkan diriku dikaki patung itik menghadap sungai, masih terasa
segar diingatanku masa SMA penuh kenangan, beberapa menit kemudian aku pun
larut dalam lamunan memikirkan Ratu tomboy yang keberadaannya tak diketahui
sampai aku saat ini, selama beberapa tahun hati ini terasa hampa meski sudah
mencoba tambatkan hatiku pada wanita seperti Agnes gadis Amuntai, Devy gadis
Kandangan, dan yang terakhir Dewi gadis Banjarmasin keturunan Ibu Cina dan Ayah
Arab yang dikenalkan Ibu kost meski sebelumnya aku menolak, ada satu rasa aneh
yang mengganjal dibenakku, entah apa perasaan itu ? selalu ingat pesan Ustadz
khairul dosen mentoring Agma Islam ketika masih kuliah “Jodoh Allah yang
memilih, buat apa pacaran kalau hanya untuk kesenangan, cinta itu akan datang
ketika sudah sampai waktunya, bersabarlah”, antara sadar dan tidak Amir dan Amirah
mengguncangkan tubuhku beberapa kali sampai aku merespon tindakan mereka,
“Sampai mana kita tadi ?”, sambil mengaruk kepala yang memang tidak terasa
gatal.
“Sudah
sampai Jakarta”, Amirah dengan nada jengkel menjawab pertanyaanku sedangkan
Amir hanya tertawa terpingkal-pingkal melihatku. Ku lirik jam tanganku sudah menunjukkan jam 08.15 dan sang surya pun mulai meninggi
sehingga menciptakan sedikit bayang-bayang, bergegas aku bangkit dari pertapaan mengajak Amir dan Amirah pulang, dalam
perjalanan sekilas mataku melirik gadis mengenakan kerudung biru toska yang tak
tahu kenapa aku mengenalnya tapi entah dimana aku pernah melihat sosok itu,
tanpa ku sadari gadis itu juga melihatku sehingga mata kami saling bertemu, tak pernah ku rasakan lagi perasaan
damai seolah-olah ada hembusan angin sejuk yang membelai lembut ragaku, mata
itu istimewa. Aku pun mulai sadar utnuk menundukkan pandanganku, lalu sambil
mengangguk pelan memberi isyarat akan kepergianku dan gadis itu hanya tersenyum
seakan-akan mengijinkannya, pertemuan yang sangat singkat. Baru kali ini aku
merasa menemukan lagi semangat gelora cinta dalam diriku dan berharap akan
selalu bertemu dengan gadis dari negeri entah berantah itu, sesampainya dirumah
aku terus mendendangkan lagu Ari Lasso “Penjaga Hati”, seakan-akan lagu itu
mengambarkan apa yang terjadi pada diriku sekarang ini.
Embun pagi mulai membasahi helai
demi halaian daun, ketika mereka saling bertemu akan membentuk lingkaran air
yang besar lalu mengalir jatuh membasahi permukaan tanah, hawa pagi yang dingin
mulai berhembus disela-sela pentilasi jendala kamar yang membuatku semakin
menaikan selimut membentuk tubuh berpose angka lima, ku lirik jam dinding
menunjukkan waktunya sholat subuh, sejak mulai SMP sudah ku biasakan diriku
bangun pagi mengerjakan sholat subuh berjama’ah di langgar sekitar rumah sehingga
Ustadz Nizam dan para jama’ah lain mengenal namaku walaupun pernah menghilang
tinggal di Paringin dan Banjarmasin. Hari
Senin ini kembali beraktifitas mengajar seperti biasa, sebagai guru Matematika
muda di SMA para murid Perempuan selalu mencoba mencuri perhatianku mulai
pura-pura bertanya sampai pura-pura tidak mengerti, dengan sabar aku akan
kembali menjelaskan, jadwal mengajar hari ini ada masuk pagi lalu kembali
mengajar ekskol sore, untuk menghemat tenaga sekaligus bensin biasanya berada
di Mushola sampai Ashar tiba. Sesudah sholat Ashar anak-anak mulai berkumpul
belajar karate, saat melatih mataku tertuju pada gadis mengenakan pakaian biru
toska yang dari kejauhan melihat kami, ketika melepas baju setelah melatih terdengar
teriakan seorang gadis “Aaaakhhh....”, sontak aku terkaget dan menoleh kesumber
suara, ternyata seorang gadis berpakaian biru toska tak sengaja melihatku,
sambil tertawa berjalan menuju mobil dengan mengenakan kaos daleman aku baru
sadar bahwa tadi melepas baju ditempat umum dan gadis itu pikir aku akan
telanjang dada. Pada hari Selasa para murid Laki-laki ribut kasak-kusuk mencari
informasi guru muda Cantik yang baru diam diasrama Putri yang akan menggantikanku
mengajar Bahasa Inggris karena aku bukan lulusan jurusan Bahasa Inggris, dengan
rasa penasaranku aku coba pergi ke ruang guru namun hasilnya nihil. Beberapa
hari usahaku untuk mengetahui sang guru cantik hasilnya tetap sama, akhirnya
ketika acara Hari Ulang Tahun Sekolah aku diminta mengisi acara, aku menolak
tidak akan menyanyi sehingga guru yang lain jadi sasaran, karena tidak ada guru
yang ingin bernyanyi anak-anak mulai merasa bosan, beberapa menit kemudian
terdengar bunyi gitar, rasanya aku mengenal bunyi gitar ini, ini lagu Caffeine “Hidupku kan
damaikan hatimu”, yang sering dinyanyikan Syifa, dengan suara petikan gitar dan
suara yang hampir sama akupun berpaling dari posisiku menghadap panggung untuk
menyakinkan, benar itu Syifa Ratu tomboy yang kini menjelma jadi Ratu Negeri Satu
Malam. Hampir tak percaya dibuatnya, sekarang dengan tampilan anggun di balut
kerudung biru toska dia tampak cantik, setelah Syifa turun dari panggung aku
dengan jurus kaki seribu berusaha menemuinya,” Hai teman, lama tidak berjumpa”,
dengan menahan nafas yang masih ngos-ngosan. “Hai juga, lama tidak bertemu”.
Tak ada suara, tak ada senyuman, tak ada keluhan kami hanya duduk bersama
Guru-guru beserta staff dan karyawan sekolah, keesokan harinya setelah acara
HUT Sekolah kami tidak lagi betemu karena jadwal kami tidak sama, ketika aku
istirahat Syifa mengajar begitu pula sebaliknya, ketika ada kesempatan waktu
makan siang aku dengan sengaja menunggu Syifa di luar kelas mengajak makan
bersama, awalnya dia menolak tapi karena aku terus meminta akhirnya dia
menyetujui hanya makan siang di kantin sekolah karena dia ingin ditempat yang
ramai, saat makan kami menceritakan kenangan SMA, bertukar informasi tentang
teman-teman, Syifa mengatakan Andi dan Elis sudah menikah dan sekarang
mempunyai anak kembar pengantin, Joko menikah dengan Putri katanya mereka tidak
bisa memberitahu kami soalnya mereka menikah pada tanggal yang sama pas
bertepatan hari wisudaku sedangkan Syifa sibuk mengurus Skripsi yang tertunda
kerana dia sakit berat, pada saat kami makan murid Perempuan seperti marah pada
Syifa dan murid Laki-laki sepertinya juga marah
kepadaku...heheheheheehehehee....jealous ni yeeeee......akhirnya kami berdua
keasyikan mengobrol ini itu sampai cerita pribadi yang sudah pernah dilalui,
Syifa mengatakan sekarang dalam suasana hati yang sedang risau, dia ingin jodohkan
dengan seorang pemuda yang belum dia ketahui nama ataupun segala sesuatu
tentang si pemuda itu, kata kedua orang tuanya pemuda itu adalah anak dari
teman Ayahnya yang sedang mencari calon Istri untuk anak Laki-lakinya yang
sampai saat ini belum juga menikah padahal kedua orang tuanya sudah ingin
menimang cucu, wow,.... bagai disambar petir disiang bolong, aku terdiam
terpaku tanpa ada satu katapun yang keluar dari bibirku seolah-olah terkunci
rapat, di akhir cerita Syifa mengatakan akan menikah dalam satu atau dua minggu
lagi, sebenarnya aku ingin memberitahu tentang perasaanku ketika masih SMA dan
sampai kinipun masih melekat kuat dalam hatiku, dengan hati bercampur bahagia
dan luka aku sholat Ashar,sesudah sholat aku berdo’a “ Ya Allah....engkau tau
apa yang ada didalam hatiku,.....Ya Rabb,..jika ini adalah yang terbaik
untukku, aku Ikhlas..Ya Rabb..seharusnya aku bahagia karena dia akan segara
menikah, Ya Rabb...tolong kuatkan aku agar selalu dalam lindungan cinta-Mu,
Amin Ya Rabbal’alamin”.
Pada malam hari setelah sholat Isya
semua berkumpul diruang keluarga dan akupun dipanggil untuk membicarakan hal
yang serius, Ayah mulai bercerita bahwa dia telah menjodohkanku dengan seorang
gadis dan kini hanya minta perestujuan dariku, sebelum mengiyakan aku minta
disebutkan nama dan ciri-ciri gadis itu, Ayah mengatakan namanya Assyifatu
Haifa, orangnya sholehah, lulusan terbaik dikampus dan sekarang mengajar Bahasa
Inggris,dan dia Adalah Anak teman Ayah, mataku terbelalak karena menganali
siapa gadis sebenaranya, dengan cepat aku berkata “Saya setuju, bahkan kalau
harus menikah pagi ini juga”. Ayah, Ibu
serta kedua Adikku hanya diam kebinggunggan apa yang terjadi pada diriku,
keesokan harinya aku meminta Ayah menemaniku mendatangi rumah calon Istriku,
Ayah sungguh terkejut bukan kepalang, agar Ayah dan Ibu tidak penasaran aku
ceritakan semuanya dari A sampai Z, merekapun paham dan mengerti, aku hanya
berdo’a semoga Syifa menerima lamaranku.
Di sore hari yang indah seindah
perasaanku, bersama Ayah dan Ibu aku datang ke rumah orang tua Syifa, pada saat
itu Syifa yang membukakan pintu dan dia pun terkegut dengan kedatanganku,
segera setelah kedua keluarga berkumpul diruang tamu, pembicaraan pun dimulai
dari Ayah sebagai basa-basi diawal, “ Maaf kalau saya lancang, saya kemari
bersama Istri menemani anak kami Fatih yang ingin mengutarakan keinginannya
kepada Bapak”.
“
Oh....Silahkan saja, bahkan kita sudah menceritakan tentang ini, ayo, silahkan
nak Fatih yang berbicara sekarang”, Ayah Syifa mencoba memberi feed back.
Dengan
suara yang terbata-bata dan hampir hilang, aku berusaha berbicara “ Saya datang
kemari ditemani Ayah dan Ibu ingin mengutarakan niat hati me....me...me...mela...melam...melamar
anak Bapak”.
“ Wah,
saya tidak bisa mengambil keputusan tanpa ijin dari orangnya langsung”, segara
Ayah Syifa menyuruh Ibunya memanggil Syifa keluar dari kamar. “ Nak, ini adalah
Fatih anak teman Ayah yang diceritakan padamu dan sekarang datang langsung
untuk melamarmu”.
“
Maaf , saya tidak mengerti sebelum orangnya langsung yang mengatakan”, dengan
tertunduk malu Syifa menahan tawanya.
Mau ngetes
ni anak, setelah menarik nafas panjang beberapa kali aku berusaha agar tidak
gugup, “ Saya datang kemari ditemani kedua orang tua saya ingin melamarmu
menjadi Istriku, Apakah kamu menerima lamaranku ? “. Yeeeeesssss aku berhasil,
lancar gumanku dalam hati.
“Tidak....”
Jawaban Syifa sontak mengagetkan semua orang yang ada diruang tamu apalagi diriku
yang menunggu jawabnnya, dengan ekspresi wajah tersenyum Syifa berkata lagi “
Tidak...tidak menolak”. Langsung saat itu aku bersujud syukur tanpa
mempedulikan semua orang yang ada disampingku, Ayahku dan Ayah Syifa pun saling
berpelukan begitupun Ibu tiriku yang aku cintai juga berpelukan dengan Ibu
Syifa.
Setelah berunding bersama-sama untuk
hari akad nikah, Syifa memberikan jawaban yang membuatku makin salah tingkah, dia
mengatakan ingin akad nikah dilakukan malam ini setelah sholat Isya di Mesjid
dekat rumahnya, semua keluargapun menyetujui, tanpa dikomando semua kelurga
kami berdua sibuk mempersiapkan mencari penghulu dan makanan yang akan di
hidangkan pada para tamu yang menghadiri, sedangkan aku dilarang pergi
kemana-mana, untuk mempersiapkan diri aku disuruh masuk kekamar tamu di rumah
Syifa, sedangkan Syifa juga disuruh mempersiapkan diri dikamarnya, hampir lupa
dengan baju, cincin, serta seperangkat alat sholat. Namun, dengan cekatan Ibu
Syifa dan Ibuku membeli sepasang baju couple, cincin serta seperangkat alat
sholat.
Waktu yang ditunggu-tunggu telah
tiba, setelah sholat Isya para jama’ah mesjid disuruh bertahan untuk menghadiri
akad nikah kami, keringat dingin mulai bercucuran dari wajahku dan tangankupun
dingin, Penghulu yang terbiasa menjabat tangan calon Laki-laki yang gugup hanya
tertawa.
Bim
salabim abra kadabbra....pokoknya sah
Malam
ini kami seperti Raja Fatih Firman Siddiq (pembuka perkatan yang benar) dan
Ratu Assyifatu Haifa (anak perempuan yang bagaikan obat penawar dahaga) yang
mengenakan pakaian berwarna biru toska.....dan sudah sah menjadi suami istri.
Inilah
akhir cerita cintaku yang sederhana.
By :
Hanunawati
[1] Kab Hulu
Sungai Utara , Provinsi Kalimantan Selatan, Negara Indonesia
[2] Kab
Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, Negara Indonesia
[3] Dikutip
dari sebuah film “I Not Stupid To”
Senin, 08 Juli 2013
si kuning bikin kangen ( buah labu)
Hai...sob, tau ga dengan si kuning yang ada di cerita cinderella, itu tuh ..buah yang disihir menjadi kereta kencana buat pergi ke pesta. Nah sekarang disi saya akan memberikan info produk labu (waluh) yang dibuat warga di Desa Juai , tepatnya di Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
ok terlebih dulu kita bahas sekarang labu (waluh dalam bahasa Kal-Sel):
Buah labu (waluh) sebagai pencegahan dan pengobatan diabetes dan gula darah rendah, Labu kaya
dengan kobalt, kobalt bisa aktif dalam metabolisme tubuh, meningkatkan
fungsi hematopoietik, dan untuk berpartisipasi dalam sintesis vitamin
B12. Vitamin B12 dalam tubuh adalah elemen penting dalam sel islet
manusia. Labu kuning bisa digunakan untuk pencegahan dan pengobatan
diabetes dan efek khusus gula darah yang rendah, labu sangat baik untuk kesehatan ginjal dan jantung dan mampu mencegah penuaan dini karena mengandung antioksidan. Biji dari labu kuning juga banyak manfaatnya. Selain bisa dimanfaatkan
untuk bahan utama pembuatan kuaci, minyak dari biji daun kuning sering
dimanfaatkan untuk membantu mengatasi gejala penyakit prostat.
nah...produk yang bisa dibuat dari labu berbagai macam mulai dari sayur bening, kolak waluh (labu), kue labu, gorengan labu, pokoknya terserah sobat mau dibikin apa, nah yang produk olahan yang ada di Desa Juai adalah kerupuk Labu (oops.....sorry yang bisa menampilkan foto kerupukya). Kerupuk yang enak dan gurih untuk teman santai dan menonton TV.
Nah kalau penasaran silahkan coba bikin sendiri,,,dan kalau penasaran dengan rasa Kerupuk buatan Desa Juai. Silahkan berkunjung ke Kota Paringin, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Sealatan.
Langganan:
Postingan (Atom)